“Yang satu nggak pake’ sambel, Bang!!”
Si Abangnya Cuma ngangguk, tanpa menoleh pada Tatu, ataupun meng-iya-kan permintaan Tatu. Tatu sih cuek aja! Yang penting batagor pesenannya cepet jadi, dan dia bisa ngasih makan cacing-cacing yang uadah berontak di perutnya daritadi.
“Da, elo yang beli minum.gieh..!! gue nggak kuat, Da.... lemes nih.. maumpingsan rasanya..” bujuk Tatu dengan tampang memelasnya.
“Ah, lebay loe!!” protes Hieda seraya meninggalkan tatu.
Beberapa saat kemudian Hieda udah nongol lagi dengan dua botol air mineral di tangannya.
“Thank you, sista!!” Tatu mengeluarkan senyum sok imutnya. “Nih batagor loe! Nggak pake’ tahu, acarnya dibanyakin, dan ekstra pedas!!”
Hieda menerimanya dengan antusias. “Mantabh!!”
Sejurus kemudian, dua cewek berkerudung itu dengan cepat melahap sepiring batagor dengan sajian berbeda. Mereka hanya butuh waktu lima menit untuk mengosongkan piring masing-masing. Tapi Tatu selesai lebih dulu.
“Abis ini mau ke mana??” tanya Tatu pada Hieda yang telah sampai pada suapan terakhir.
“Masuk aja,yuukk!! Masih males pulang gue!! Lagian ada yang harus gue beli.”
“Okeh!!”
Hieda mamarkirkan motornya di depan supermarket yang terletak di belakang penjual batagor tadi.
Sebelum ngambil keranjang belanjaan, terlebih dulu Hieda menitipkan tasnya di tempat penitipan barang. Tatu ngloyor duluan, dia menyambar satu keranjang dan dibawanya ke rak coklat dan snack-snack kecil. Setelah puas memasukkan beberapa coklat dan wafer, dia pergi menghampiri Hieda.
Hieda sedang mencoba beberapa tester parfum yang baru keluar di pasaran.
“banyak banget!!” komentar Hieda setelah melihat keranjang belanjaan Tatu.
“Hehee... buat cemilan seminggu!!”
Hieda tak berkomentar lagi.
“Leat baju yuk, Da!! Kayaknya modelnya baru-baru deh.”
“Ayoookk...!!!”
Keduanya dengan segera menghampiri baju-baju yang tergantung rapi di beberapa tempat. Tapi Tatu malah berhenti duluan di rak yang dipenuhi bermacam-macam boneka dengan warna dan ukuran yang berbeda.
“Stop, Da!!” seru Tatu tiba-tiba.
“Apaan sih??”
“Leat neh, luc bangeeettt!!” tatu mengambil satu boneka beruang warna pink yng ukurannya lumayan gedhe.
“Lembut bangeett!!” tatu memeluk boneka itu.
Hieda mengambil astu boneka keroppi di dekatnya. “Ini baru lucu!!”
“Gue mau kok da, kalau loe beliin ini buat gue. Seratus persen bakal gue terima dengan senang hati.”
“Ngarep loe!!”
“Hehee....”
Kemudian dengan amat terpaksa, tau mengembalikan boneka beruang itu pada tempatnya.
“Eh, leat deh!!” kata Hieda tiba-tiba.
“Apa??”
“Ada cowok cakep di belakan loe!!”
Refleks, Tatu menoleh ke belakang. Ternyata ada cowok pake’ jaket abu-abu yang lagi leat-leat boneka. Dan serunya lagi, cowok cakep itu sendirian. Tapi......
Tau kembali pada Hieda. “Kok belanjaanyya banyak bangrt, Da??” tatu memelankan suaranya. “Ada pampersnya juga lagi!! Jangan-jangan udah punya anak istr, Da..”
Si cowok jaket abu-abu melihat mereka. Hieda berpura-pura melihat-lihat boneka lagi, Tatu mengikutinya.
“Iya ya!! Mencurigakan!! Ikutin yuukk..” bisik Hieda pada Tatu.
Tatu tersenyum. “Pinter loe!! Lets go!”
Hieda kemudian melihat cowok itu pergi menuju tempat baju. Dengan berjalan sesantai mungkin, mereka mengikuti dari jauh.
Baru beberapa langkah, lagi-lagi Tatu sudah terpesona dulu dengan beberapa kardigan yang digantung di dekat mereka. Hieda pun tak kalah terpesonanya. Keduanya sangat tertarik dengan salah satu kardigan berwarna kuning cerah. Tapi kemudian Hieda tersadar kalau dia tak mungkin membeli kardigan lagi. Dan sebelum tatu benar-benar tegila-gila dengan kardigan itu, Hieda sudah lebih dulu menyeretnya.
“Nah loe! Cowok tadi mana??” kmentar Hieda.
Tatu mengalihkan pandangannya dari kardigan kuning, ke seantero supermarket. “Iya ya, mana,Da??”
“Kehilngan jejak deh..” Hieda putus asa. “Bukan jodoh kita,Tu...”
Tatu mengangguk pasrah. “Ke mana lagi nih??”
“Kita leat-leat dulu deh.”
Hieda kemudian melangkah meninggalkan tempat baju. Dia berjalan ke rak shampoo. Tatu mengikutinya dengan keranjang belanjaan yang hampir terisi penuh. Sebenarnya, Tatu nggak rela kehilangan si Jaket abu-abu itu. Apalagi dengan sebuah misteri yang belom terjawab. Akhirnya dia msih berusaha mencari-cari. Bola matanya berpetualang kesana- kemari. Dan kemudian berhentilah di sebuah titik. Tatu melihat si Jaket abu-abu terlibat pembicaraan yang akrab banget dengan seorang wanita berjilbab yang menggendong anak kecil. Kecurigaan Tatu mengembang lagi. Dia memanggil Hieda.
“Lieat deh, da...!! cowok tadi sama mbak-mbak itu! Sama anak kecil,Da... Jangan-jangan itu anaknya lagi.”
Pandangan Hieda tertuju pada arah jari telunjuk Tatu.
“kayaknya sih iya... tapi nggak mungkin ah!! Masih bronis gitu. Beda jauh umurnya sama si Mbak!!” Hieda yakin.
“Trus, mbak-mbak itu siapa donk??”
“Kakaknya kali..! Udah ah, lupaen si bronis. Pulang yuuk..!!”
“Trus, suaminya si Mbak mana?? Bentar donk, Da! Kita pecahin dulu nih misteri.”
Hieda mengerutkan kening.
“Ngapain juga loe nanyaen suami orang??”
“Hieda dudulz!! Ya buat mastiin laaahh.. itu beneran istrinya apa bukan!!”
Hieda menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Tatu mengarahkan pandangannya ke si Jaket abu-abu.
“Loe............”
Belom sempet Hieda ngomel, Tatu sudah lebih dulu memotongnya.
“Tuuu kan, dia udah nggak ada. Ayooo cepetan!!”
Dan lagi, belom sempet Hieda menyetujui, tatu sudah lebih dulu menariknya. Dan beberapa saat kemudian, Tatu mengajak Hieda untuk berhenti tiba-tiba.
Hieda ngdumel. Udah ditarik-tarik, nggak dikasih kesempatan buat ngomel, eeeeh.... pke’ berhenti mendadak lagi..!!
“Lhaaahh... cowok itu siapa, Da??”
Tatu menunjuk pada si Mas-mas yang pake’ jaket hitam. Si mas tadi menghampiri si Mbak, dam terlihat akrab banget dengan anak kecil yang digendong si Mbak.
“Apa gue bilanh, si Jaket abu-abu itu emang adeknya si Mbak itu. Nah, yang si Mas itu baru suaminya! Loe leat deh, seumuran kan sama si Mbaknya. Dan lebih tua dari si Jaket abu-abu.” Jelas Hieda.
“Semoga perkiaraan loe bener!! Karena gue nggak rela kalau cowok sekeren itu udah pinya anak istri.” Mata Tatu berbinar-binar. “Nah... dia udah ke kasir tuh, ikutin yuukk!!” lagi-lagi Tatu menarik lengan Hieda tanpa persetujuannya.
Tatu dan hieda keluar terlebih dulu sebelum si jaket abu-abu. Tatu berhenti di depan supermarket.
“Kok berhenti? Nggak mau pulang loe?”
Tatu tersenyum. “Nungguin si Jaket abu-abu dulu. Kita harus cari tahu di mana rumahnya!”
Hieda melotot.
“Kurang kerjaan banget sih loe!! Nggak mau gue!!”
“Ayolah Daa....” Tatu merengek. “Tadi loe semangat banget.”
“Itu sebelom gue nyadar kalau tingkah gue tuh konyol banget!!”
“Tapi tanggung, Da. Sekalian kita cari tahu di mana rumahnya. Tinggal selangkah lagi nih, yaaaa...”
Hieda diam, berfikir.
“Tuh..tuh.. dia keluar!!” tatu melihat si jaket abu-abu keluar supermarket dengan satu okardus besar berisi barang belanjaannya. Dia keluar bersama si mas jaket hitam. Mereka kelihatannya akan segera pergi, karena si mas jaket hitam udah siap dengan motornya.
“Ayooo Da!! Nggak usah mikir lagi deh. Udah, lengkapin aja kekonyolan kita!” tatu menarik lengan Hieda lagi. Kali ini Hieda nirut aja. Dia mengambil motornya di parkiran. Setelah Tatu siap pada posisinya, Hiedapun menghidupkan mesin, kemudian berjalan mengikuti si Jaket abu-abu.
Tapi, setelah berjalan beberapa meter, si jaket abu-abu memasuki sebuah gang yang sepi dan sempit.
Tatu menyuruh Hieda berhenti. “Kenapa?? Katanya mau ngikutin??” protes Hieda.
“Loe nggak leat, dia masuk gang sepi banget!! Ntar kita ketauan donk kalau kita ngikutin mereka.”
“Trus??”
“Hehee... pulang aja deh. Kalau gue pikir-pikir, emang bener sih hari ini kita udah gila banget. Biarin deh si Jaket abu-abu pergi dengan sejuta cinta gue.......”
“Hiperbolis loe!!”
“Hahahaaa...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar