About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Selasa, 09 April 2013

Kejutanmu yang Mengejutkan

Nah kan, aku bilang apa? Kamu juga rindu.

Angka-angka sama yang aku temui hari ini memang berniat menceritakan rahasia. Kamu datang tiba-tiba.

Seharusnya dari awal aku sudah harus menyiapkan kepercayaan dan kesabaran dengan stok penuh, agar kamu tak merasakan bahwa aku sedikit ‘tersiksa’ karena merindumu.

Aku memang sudah menyiapkan diri untuk menunggu lama. Tapi kamu datang sebelum aku lelah.

Kalimat itu. Untaian kata yang aku harap bukan sekedar untuk membuatku tersenyum, tapi kumpulan huruf yang memang kau selipkan dalam tujuanmu ‘menghilang’ beberapa saat lalu. Dalam hati aku mengamini.

Kamu tahu? Aku tersenyum, kemudian tertawa, lalu menangis karena tak tahu harus bagaimana menerima kalimat rindumu.

Aku tak tahu harus apa. Hanya tersenyum saja? Membingkai wajahmu hari ini untuk stok kerinduan beberapa hari kedepan? Atau tetap merindumu seperti hari-hari sebelumnya?

Bukan, yang harus aku lakukan adalah menjaga kepala dan isinya tetap positif untuk berpikir jernih. Untuk tetap menunggumu, dan mendoakanmu tentunya :)

Senin, 08 April 2013

Seharusnya Rasional

Memberimu sedikit ruang agar bisa mendengar kalimat rindu seperti dulu.

Tak tahu kapan, karena pasti kamu masih bergelut dengan apa yang kamu sebut keinginan.

Tanganku gatal untuk tidak mengetik pesan singkat, mataku tak tahan untuk tak selalu melihat layar ponsel, menunggu, tapi tak ada dering yang berbeda.

Aku hampir tak bisa berpikir rasional ketika rinduku menyerang.

Sialnya, kepala ini selalu kehabisan kendali untuk tidak berpikir macam-macam.

Memikirkan segalanya yang konyol, hingga semua-semua yang mungkin membuatku tak tahu harus menunggu berapa lama lagi.

Tapi ketika akal sehat datang, aku percaya, bahwa kamu juga merindu, hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk menyampaikannya.

Dan kemudian aku mendapatkan kendaliku kembali.

Membiarkanmu entah melakukan apa. Memendam keinginan-keinginan bertemu. Menyadarkan diri untuk tidak mengganggu.

Iya, prioritas utama kamu seharusnya bukan aku, melainkan keinginan-keinginan besarmu. Tapi izinkan aku untuk berharap menjadi salah satu dari keinginan besarmu, nanti.

Seharusnya rasional. Tapi harapanku terkadang melebihi batas kerasionalan.

Aku masih berdiri di tempat yang sama. Menunggumu mencariku. Dan membawaku kembali ke dalam rengkuhanmu. Semoga Tuhan mau membantu.

Kamis, 04 April 2013

Iya, Ini Rindu.

Jujur, aku bahagia mendengar kamu mengatakan, “Yang ada dipikiranku saat ini cuma keluarga,” aku senang, aku bahagia, tapi ketika kamu bilang “Kalo kita kayak gini terus? Gak pernah ada waktu untuk ketemu?”, itu kalimat yang paling aku takutkan dari pertama.

Aku menahan rindu. Aku menahan untuk tak mengganggumu. Aku mencuri-curi waktu dan alasan untuk sekedar melihatmu, untuk memastikan bahwa kamu baik-baik saja, untuk memastikan bahwa kamu sudah bahagia, sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Tapi aku tak bisa mendengar kalimat yang lebih menyakitkan dari itu. Iya, itu memang sekedar ‘kalau’, aku hanya takut jika ‘kalau’ berubah menjadi ‘harus’, aku tak tahu akan bagaimana.

Aku hanya ingin disini. Melihat wajah berserimu setiap hari. Melihat sisa-sisa lelah yang kamu katakan bahwa itu kebahagiaan, mendengar cerita tentang keinginan-keinginan besarmu. Aku sudah tidak butuh setiap hari, aku hanya butuh beberapa menit saja, melihatmu, menceritakan apa yang ingin kuceritakan, membuat kita tertawa, dan ber-high five kemudian.

Aku sudah tak berharap waktu lebih.

Aku hanya ingin cukup.

Sedikit mungkin bisa.

Setidaknya ada.

Karena cukup bagiku sudah mewakili kita.

Pesan singkat, obrolan ringan, kebingungan memilih menu makanan, kediaman tanpa topik pembicaraan, dan kamu.

Aku merindu.

Berharap suatu saat bisa melakukannya kembali.

Denganmu.

Entah kapan.