Bulan tersenyum. Ini hari ketiganya
setelah dua pekan menghilang, membiarkan bintang-bintang bertaburan menghiasi
langit. Malam ini hanya ada beberapa bintang yang menemaninya. Langit pun
nampak cerah, biru, dan indah. Alangkah senangnya dia kali ini, menjadi bintang
utama diantara bintang-bintang kecil lainnya yang tampak megah di angkasa.
Bulan selalu bahagia memandangi
makhluk-makhluk yang bahagia di bawahnya. Ada begitu banyak tawa di sana. Dan
tawa yang paling dia sukai adalah tawa makhluk-makhluk kecil yang bergerombolan
menyebut-nyebut namanya. Mereka selalu bernyanyi dengan begitu riang menyebut
dirinya. Bertepuk tangan, berlari-lari kecil, dan membuat ulah dengan begitu
lucu. Bulan tak pernah ingin melewatkan kegembiraan yang membuatnya ingin tersenyum
sepanjang malam.
Tapi kali ini pandangan bulan
teralihkan pada dua sosok yang duduk tanpa suara di ujung sana. Dua sosok yang sama-sama
tak tahu harus mulai berbicara dari mana. Dua sosok dengan jantung berdebar dan
selalu berusaha menyembunykannya satu sama lain. Sosok lelaki dan perempuan,
yang sama-sama mengagumi keindaahannya malam ini.
Bulan mulai melihat lelaki itu lebih
gugup daripada wanita di sampingnya. Bulan terus memandang kesunyian diantara
kedua makhluk penuh kasih di bawahnya. Dalam hitungan ketiga, lelaki itu akan
mengucapkan beberapa kalimat untuk wanitanya, tebak bulan. Dan benar saja,
lelaki itu bahkan menyebut namanya untuk menyita perhatian sang wanita. Lelaki
dengan lesung di pipinya itu mengucapkan kalimat-kalimat manis yang bahkan
bulan pun terpesona. Tetapi wanita di samping lelaki itu hanya diam. Tersenyum
tanpa mau mengucapkan kata apapun, tapi matanya terus tertuju pada lelaki di
depannya.
Bulan tahu jalan cerita yang seperti
ini. Pasti akhirnya akan sama, batin bulan. Kemudian dari kejauhan bulan
melihat segerombol awan hitam menghampirinya. Ah, mereka selalu datang tepat
waktu, keluh bulan. Bulan masih ingin menyaksikan keduanya pergi dengan
senyuman. Walaupun bulan tahu itu tak akan terjadi.
Perlahan-lahan bulan mulai tertutup
oleh awan gelap yang menghampirinya. Saat bulan sepenuhnya harus bersembunyi,
saat itulah rintik-rintik air hujan menjatuhin dua manusia yang mulai tersadar
bahwa hujan telah jatuh ke bumi. Keduanya pergi meninggalkan bulan yang
bersembunyi. Bulanpun tahu, walaupun ia tak bisa melihat, dia tahu, lelaki
itupun ingin bersembunyi di balik awan agar dia tak menampakkan kekosongan
hatinya pada wanita kesayangannya itu. Agar wanita itu tahu, kalau dia akan
selalu tersenyum asalkan wanita itu tersenyum, walau tanpa dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar