About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Minggu, 29 April 2012

Bulan


Bulan tersenyum. Ini hari ketiganya setelah dua pekan menghilang, membiarkan bintang-bintang bertaburan menghiasi langit. Malam ini hanya ada beberapa bintang yang menemaninya. Langit pun nampak cerah, biru, dan indah. Alangkah senangnya dia kali ini, menjadi bintang utama diantara bintang-bintang kecil lainnya yang tampak megah di angkasa.


Bulan selalu bahagia memandangi makhluk-makhluk yang bahagia di bawahnya. Ada begitu banyak tawa di sana. Dan tawa yang paling dia sukai adalah tawa makhluk-makhluk kecil yang bergerombolan menyebut-nyebut namanya. Mereka selalu bernyanyi dengan begitu riang menyebut dirinya. Bertepuk tangan, berlari-lari kecil, dan membuat ulah dengan begitu lucu. Bulan tak pernah ingin melewatkan kegembiraan yang membuatnya ingin tersenyum sepanjang malam.

Tapi kali ini pandangan bulan teralihkan pada dua sosok yang duduk tanpa suara di ujung sana. Dua sosok yang sama-sama tak tahu harus mulai berbicara dari mana. Dua sosok dengan jantung berdebar dan selalu berusaha menyembunykannya satu sama lain. Sosok lelaki dan perempuan, yang sama-sama mengagumi keindaahannya malam ini.

Bulan mulai melihat lelaki itu lebih gugup daripada wanita di sampingnya. Bulan terus memandang kesunyian diantara kedua makhluk penuh kasih di bawahnya. Dalam hitungan ketiga, lelaki itu akan mengucapkan beberapa kalimat untuk wanitanya, tebak bulan. Dan benar saja, lelaki itu bahkan menyebut namanya untuk menyita perhatian sang wanita. Lelaki dengan lesung di pipinya itu mengucapkan kalimat-kalimat manis yang bahkan bulan pun terpesona. Tetapi wanita di samping lelaki itu hanya diam. Tersenyum tanpa mau mengucapkan kata apapun, tapi matanya terus tertuju pada lelaki di depannya.

Bulan tahu jalan cerita yang seperti ini. Pasti akhirnya akan sama, batin bulan. Kemudian dari kejauhan bulan melihat segerombol awan hitam menghampirinya. Ah, mereka selalu datang tepat waktu, keluh bulan. Bulan masih ingin menyaksikan keduanya pergi dengan senyuman. Walaupun bulan tahu itu tak akan terjadi.

Perlahan-lahan bulan mulai tertutup oleh awan gelap yang menghampirinya. Saat bulan sepenuhnya harus bersembunyi, saat itulah rintik-rintik air hujan menjatuhin dua manusia yang mulai tersadar bahwa hujan telah jatuh ke bumi. Keduanya pergi meninggalkan bulan yang bersembunyi. Bulanpun tahu, walaupun ia tak bisa melihat, dia tahu, lelaki itupun ingin bersembunyi di balik awan agar dia tak menampakkan kekosongan hatinya pada wanita kesayangannya itu. Agar wanita itu tahu, kalau dia akan selalu tersenyum asalkan wanita itu tersenyum, walau tanpa dirinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar