About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Selasa, 14 Desember 2010

CINLUK (Cinta dan Luka)

        Tata sama Luri berjalan beriringan. Luri daritadi sibuk sama ponselnya. Sementara Tata sibuk sama tissue yang sesekali ia usapkan pada kening dan hidungnya yang sudah bersimbah keringat. Tata bener-bener heran, masa’ udah jam setengah empat sore gini nggak adem-adem juga!!
          “Assalamualaikum....” sapa Tata pada segerombolan temen-temennya yang lagi duduk santai.
          “Waalaikumsalam.” Jawab mereka serempak.
          “Yang laennya man??” tanya Luri, setelah memandang wajah-wajah di depannya,yang Cuma ada sepuluh anak doank!!
          Sita berdiri, “Tau!! Sibuk kalee! Udah, yokk.. mulai!! Keburu malem.”



          Kemudian Sita mengambil sebuah kardus kosong, diikuti beberapa temennya yang lain, termasuk Tata. Rencananya, mereka mau bakti sosial di jalan buat disumbangin ke panti asuhan. Kegiatan ini mereka lakukan sebulan sekali.
          Tata memelankan langkahnya saat hendak mengambil kardus yang tertinggal tiga buah. Dia melihat pada dua orang yang sedang ngobrol dengan bahagianya. Yuri dan Danu. Ada yang sedikit berbetar di dalam hatinya. Tapi Tata selalu menyangkal perasaan itu. Dia tak lagi menghiraukannya. Kemudian segera mengambil kardus dan segera meninggalkan dua kardus lainnya.
          “Ta, gue sama loe aja,ya!!” kata Luri di belakangnya.
          “Iya!! Jawabnya singkat.
          Luri masih sibuk dengan ponselnya. Tapi kali ini dia berniat narsis di kamera. Tata yang selalu mupeng kalau liat kamera, langsung masang muka imut di samping Luri.
          “EEHH... Gue ikutan dooonk!!” teriak Vani yang udah jalan duluan di depan mereka. Sedetik kemudian, bukan hanya Tata dan Luri yang narsis, tapi seluruh cewek-cewek yang gila kamera itu telah memenuhi layar kamera milik Luri. Dan kegiatan bakti sosial untuk sementara waktu diselingi dengan pemotretan manusia yang selalu nafsu dengan kamera.
          Arvin yang ngleat temen-temennya mulai tak terkendali, lansung aja ngluarin jurus terampuhnya. TREAK!!!
          “Woooooiiiiiihhhh!! Neh jadi bakti sosial apa pemotretan massal seh??”
          Seketika, cewek-cewek bar-bar itu mulai berbaris rapi dan berjalan beriringan untuk melanjutkan kegiatan awal mereka.
          Saat Tata ingin menyerahkan kardus pada Luri, Yuri dan Danu berjalan melewati mereka.
          “Ciiieeeehh... mesra banget sih,,” celetuk Luri yang memang sengaja ditujukan pada Yuri dan Danu. Sementara yang diledek hanya bisa senyum-senyum malu, ditambah warna merah yang mulai muncul di pipi mereka.
          Tata tersenyum pahit. Nggak tau, kenapa hatinya selalu terasa sakit kalau melihat Yuri dan Danu bersama. Tat emang suka smaDanu, tapi dia sangat berharap rasa sukanya hanya sebatas kagum, nggak lebih. Nggak ada yang tahu tentang perasaannya itu, Luri sekalipun.
          “Kayaknya mereka bener-bener jadian deh,” komentar Luri.
          “HHmmm mungkin” jawab Tata ragu.
          “Ri, ada yang telepon nih..” kata Vani di depan mereka.
          Kemudian Luri menghampiri Vani dan mengambil ponselnya untuk menjawab panggilan masuk.
          Tata berjalan sendiri. Mengusir bayang-bayang danu yang terus berkelebat di kepalanya. Sampai kemudian Yoga menepuk pundaknya dan berjalan di sampingnya.
          “Nglamun apa, loe??” tanya Yoga.
          “Nggak nglamun kok.” Sangkal Tata.
          Yoga diam, membetulkan letak earphone di telinganya, kemudian menggelene-geleng kecil mengikuti irama lagu yang keluar dari ponselnya.
          “Bukannya hari ini Kiran ada les piano? Kok loe nggak nganterin??” tanya Tata pada Yoga. Kiran adalah kekasih Yoga.
          :Males!! Udahlah, nggak usah ngomongin dia!!”
          “Berantem lagi?”
          Yaah... gitu deh.”
          Tata nggak ngasih komentar lagi. Dia nggak mau ikut campur masalah pribadi orang lain.
          “Sebenarnya sih gue suka sama cewek lain. Tapi sayangnya dia udah milik orang!” Yoga mengaku.
          “Oya?? Siapa??” Tata ingin tahu juga.
          “Barusan lewat!!”
          “Hah?? Siapa sih?? Vani??”
          “Bukan”
          “Yuri??” tanya Tata ragu.
          Dan nggak dia sangka kalau Yoga bakal ngangguk.
          “Loe suka sama Yuri??” tanya Tata lagi penuh rasa ingin tahu.
          “Iya!!” jawab Yoga mantab.
          Tata kembali diam, mencerna perkataan Yoga barusan.
          “Kenapa nggak ngomong?” kali ini Tata sedikit tenang.
          “Yaa nggak mungkinlah! Danu tuh sahabat gue!! Gue juga tahu kalau dia suka sama Yuri.”
          Hati Tata kembali bergetar. Lebih hebat dibandingkan sebelumnya.
          “Loe sakit hati nggak?” tanya Tata lagi.
          “Kalau dibilang sakit, ya sakit. Nggak, ya nggak. Tapi mau gimana lagi, mereka udah terlanjur jadian.”
          Tata diam lagi. Larut dalam pikirannya sendiri.
          “Yog, benerin HP gue donk!!” panggil Arvin di belakang mereka. Kemudian Yoga menghampirinya.
          Sementara itu, air mata telah menggenang di pelupuk mata Tata. Hatinya kali ini benar-benar hancur. Dia sangat nggak nyangka kalu Danu benar-benar suka sama Yuri. Keinginan Tata untuk hanya mengagumi Danu ternyata nggak dikabulkan. Dia mencintai Danu. Tapi dia sadar, cintanya nggak mungkin tersampaikan. Mungkin ini juaga yang dirasakan Yoga terhadap Yuri. Lukanya telah mengalahkan rasa cintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar