About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Sabtu, 21 Januari 2012

Kembali ke Peradaban

Tiga hari itu cepat ternyata, yang berasa lama adalah ketika gak ada satupun SMS yang mampir ke HP karena sinyal yang tak memadai. Tapi siapa yang nyangka, kalau tanpa adanya sinyal justru membuat pikiran jadi lebih fresh. Bebas gangguan, bebas deadline, bebas pertanyaan-pertanyaan yang memusingkan, dan bebas dari kabar tentang kamu. Oke, poin terakhir tadi itu yang sama sekali tidak saya sukai. Dan ketika tiga hari itu telah habis, marilah berpusing-pusing ria lagi menghadapi sebuah peradaban yang sesungguhnya (yang ini terlalu lebay, lupakan!).



Say thanks dulu untuk Tika yang mengizinkan rumahnya jadi tempat pelarian saya selama tiga hari ini. Say thanks juga untuk Tya yang bersedia menemani saya menghilang dari peradaban. Sebenarnya, tujuan utama kabur dari jogja itu hanya untuk sekedar jalan-jalan mengisi kekosongan. Tapi something special yang saya dapatkan di malam sebelum pergi telah membuat niat utama saya berubah 100 %. Bukan untuk jalan-jalan, tapi benar-benar untuk menghilang dari apapun tentang Anda. Iya, yang ini memang tentang Anda. Anda yang entah untuk keberapa ratus kalinya tetap menempati urutan pertama di hati saya walaupun saya tidak yakin, apakah saya ada di hati Anda atau tidak. Anda yang benar-benar tidak saya mengerti jalan pikirannya. Pokonya tentang Anda, dan ditambah lagi, tentang dia. Karena tanpa adanya dia, pikiran saya tidak akan selalu senegatif ini. Yayayaaaaaa . . . sebenarnya saya sudah bosan sekali menghadapi cerita seperti ini. Yang tidak pernah berganti tema, yang selalu itu-itu saja, dan akhirnya saya yang sakit sendiri. Tapi selalu saja ada tapinya. Dan tapinya itulah yang sulit diganti-ganti. Tapi saya sudah terjebak di dalam permainan ini.

Sebut saja saya kekanak-kanakan, sebut saja saya terlalu cemburuan, sebut saja saya terlalu bodoh, dan sebut saja saya terlalu menakutkan hal-hal tidak penting. Karena saya sendiri juga tak paham tentang apa yang saya rasakan, dan tentunya saya sudah lelah sekali. Bahkan sudah terlalu lelah untuk sekedar mencoba berhenti melihat apa yang sebenarnya sangat saya benci, segalanya tentang Anda berdua. Dan tiba saatnya untuk berhenti juga menulis sesuatu yang memusingkan ini.

Lanjut saja ke topik utama. Kembali ke dunia nyata. Baik, mungkin kata-katanya sedikit tidak pas. Tapi tak ada lagi kosakata yang bisa mewakilinya. Iya, benar-benar nyata. Karena tiga hari ini saya merasakan telah pergi ke dunia mimpi. Serasa pulang ke rumah. Tapi bukan Bapak dan Ibu saya yang ada di sana, bukan juga si bocah yang saat ini sangat saya rindukan. Hanya suasananya yang hampir sama. Tapi tetap bukan di rumah sendiri. Karena kalau di rumah sendiri, segalanya tidak serasa merepotkan banyak orang.

Tapi sangat menyenangkan, yappp,, benar-benar mneyenangkan. Seharian makan tepung (ini Tya yang bilang), seharian eksperimen dengan kegepengan, berebut cokelat dengan puluhan semut, jalan-jalan menantang dingin pagi, mengitari berhektar-hektar kehijauan, disapa ular, belepotan lumpur, dan semua-semuanya yang mendamaikan hati. Tapi cukup 3 hari. Pergi dari peradaban yang ternyata bisa membuat kepala menjadi sedikit ringan.



Ditemani malam minggu dengan badan yang bertambah demam, kehabisan air minum, hujan deras, kehabisan pulsa, deadline tugas yang menunggu untuk disentuh, dan satu albumnya Lady Antebellum. Tutup laptop, dan see you di postingan berikutnya ooh blogku tercinta J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar