About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Sabtu, 04 Februari 2012

Roti Bakar Cokelat Vanila

Kalo Raditya Dika tiap pagi ngetweet tentang 'kopipertamapagiini', temen saya juga ada yang tiap pagi ngetweet tentang hal yang sama, gak usah disebutin siapa namanya, yang pasti manusia ! Tapi kali ini saya bukan mau cerita tentang Raditya Dika, kopi, ataupun temen saya dengan tweet-tweetnya, saya mau cerita tentang roti bakar !

Enggak nyambung memang, tapi yasudahlah. Toh itu cuma kalimat pembukaan saja :D




Yapp,, kita mulai saja. Roti bakar. Bentuknya ya gitu-gitu aja. Rasanya ya sama aja dengan roti bakar roti bakar yang lain. Cokelat, vanila, keju, strawbery, nanas, dan rasa-rasa normal lainnya. Enggak ada yang istimewa memang. Harganya juga relatif sama aja. Belinya juga terserah, yang pasti namanya roti bakar. Bukan rasanya atau apanya. Tapi malam ini setelah saya beli roti bakar untuk yang kesekian kalinya, saya baru sadar, ternyata setiap kali saya membeli roti bakar, pasti ada saja kejadian lucu, aneh, mengesankan, bahkan mengenaskan sekalipun.

Dan karena itulah saya memilih roti bakar ini untuk nangkring di blog saya. Bukan martabak, bukan astor, bukan blackforrest, bukan puding, dan bukan bakso juga. Tapi roti bakar.

Iya, pengalaman beli roti bakar saya memang selalu berkesan.

Dari mulai beli roti bakar pas masih SMP dulu. Sore-sore pulang les. Nungguin bus, lalu patungan sama beberapa teman untuk nyoba roti bakar cokelat yang baru dibuka di sebelah halte bus. Hri berikutnya patungan lagi, beli roti bakar lagi. Hari berikutnya lagi ptungan lagi, gitu terus sampai bosan.

Dan setelah lama tidak merasakan kesannya sebuah roti bakar, di sinilah kesan itu mulai muncul lagi. Di Jogja. Dimulai dengan roti bakar tiap malam minggu sebagai temen maen UNO, roti bakar yang memulai sebuah kecemburuan buta, roti bakar galau, tiga roti bakar tiba-tiba yang ditemani soda merah tua, sisa roti bakar yang harus rela masuk tempat sampah, dan roti bakar malam ini. Roti bakar yang mengingatkan saya dengan roti bakar- roti bakar sebelumnya.

Dan semua itu hanya bisa menjadi kenangan. Tidak bisa lagi diulang.

Sudah tidak ada lagi mereka yang biasanya patungan beli roti bakar dengan saya.

Sudah tidak ada lagi tradisi malam minggu dengan UNO.

Sudah tidak ada lagi cerita complicated yang hampir menjadi kesalahpahaman hanya karena sebuah roti bakar.

Sudah tidak ada lagi roti bakar yang dimakan tanpa mempedulikan rasanya karena terfokus pada suatu masalah yang membuat galau maksimal.

Tidak ada lagi yang menelpon saya malam-malam, nyuruh keluar kos, minta ditemenin karena sudah jenuh dengan tugas, kemudian dibelikan roti bakar tiga bungkus sekaligus, dan dua botol soda strabery.

Sudah tidak ada lagi roti bakar menjengkelkan yang harus saya masukkan tempat sampah.

Semuanya hanya bisa saya ingat bersama roti bakar cokelat vanila malam ini. Karena entah kenapa, saya sangat merindukan mereka, kebersamaan mereka, dan makna mereka yang saat ini perlahan-lahan pudar. Iya, mereka yang hadir bersama kisah-kisah roti bakar saya sebelumnya. Mereka yang dulu sangat saya sayangi, dan masih sangat saya sayangi hingga saat ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar