About Senja Dewanti

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
I'm just Senja Permata Dewanti .

Rabu, 16 Januari 2013

Kami :))


Entah kegilaan seperti apa lagi yang belum kami lakukan. Teriak-teriak gak jelas di Beringharjo layaknya penjual es teh 2000an, narsis alias foto-foto memalukan di tempat umum (tengah jalan, toilet mall, pasar malam, toko baju, sawah, sampai warung bakso), gangguin orang pacaran, bahas-bahas hal yang sama sekali gak jelas, mejeng di toko baju sampai diketawain sama satpam, hingga berantem kayak anak kecil di tempat-tempat yang tak semestinya. Oke, mungkin ada beberapa hal yang masih wajar, kuliah (hal wajib yang harus dilakukan sebagai mahasiswa yang berbakti pada kedua orang tua), kerja kelompok (yang biasanya berakhir pada jalan-jalan dadakan), dan… iya, gak ada lagi.


Hal-hal itu mungkin biasa aja kalo status kita bukan mahasiswa semester 5 yang beberapa minggu lagi akan sah jadi mahasiswa semester 6. Seperti gambar di bawah ini misalnya,


Iya, itu adalah hasil karya mahasiswa semester 5. Wajar aja sih sebenernya, apalagi kami bukan mahasiswa seni, jadi kalau hasilnya berantakan ya wajar. Proses pembuatannya juga wajar. Dari yang dengan senengnya nemuin tinta timbul baru, notebook baru, sampai rebutan spidol untuk tanda tangan di segala tempat. Nyanyi-nyanyi dengan lirik lagu berantakan dari pop, dangdut, keroncong, hingga India. Kemudian joget-joget layaknya penari profesional, sampai teriak-teriak penuh gairah hingga ditegor Bapak Kos. Berbagi cerita tentang pacar dan gebetan masing-masing hingga muncul komentar-komentar konyol dan sama sekali tidak penting. Dan biasanya diakhiri dengan seisi kamar dalam keadaan tak terselamatkan (baca: berantakan banget nget kayak kapal pecah). WAJAR.

Hal wajar lainnya? Banyak! Tapi untuk yang satu ini bukan wajar sih, mengesankan lebih tepatnya. Tapi tetep aja gila. Jadi, disebabkan final project yang tak kunjung bisa diselesaikan, kami memutuskan untuk pergi dari kos yang penuh jeratan. Tapi kali ini hanya empat personil yang ikut andil. Senjak. Merong, Slebor, dan Teye.  Awalnya cuma ingin jalan sebentar membeli sesuatu, sampai langkah-langkah kaki kami dibawa hingga ke Sekaten. Bingung mau ngapain. Berbekal sebungkus bakso tusuk untuk dimakan rame-rame, kami jalan hingga arena permainan. Ada kora-kora yang sebelumnya menjadi saksi “malam menegangkan” kami, tapi malam itu sang kora-kora tampak tak menarik sama sekali. Lalu, entah ide dari mana, kami membuat permainan sendiri. Berpencar 15 menit, sendiri-sendiri, mencari apapun sedapatnya untuk ditukar dengan masing-masing personilTapi karena jalan sendiri dirasa seperti anak kecil tak berdosa yang kehilangan orang tua, kami memutuskan untuk pergi berdua-dua, saya dengan Slebor sementara Merong dengan Teye.

Pencarian pun segera dilaksanakan. Lima ribu rupiah. Nominal yang harus dikeluarkan untuk membeli apapun yang kami temukan. Tak boleh kurang apalagi lebih. Dan lima belas menit berikutnya, kami bertemu kembali di tempat sebelum kami berpisah.

Ini memang kebetulan. Tak ada rekayasa ataupun perjanjian mengenai barang apa yang akan kami beli. Tapi entah kami yang kurang kreatif, Sekaten yang kurang luas, atau waktu yang kurang lama. Siapa yang akan menyangka kalau barang yang kami dapatkan ternyata berasal dari satu tempat dan satu penjual. Baik, sebut saja ini kekompakan tak terduga. Kemudian terjadilah pertukaran “kado” yang semestinya. Tentunya dengan membuang angan-angan mendapatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dibeli sebelumnya. Ya, projek 15 menit Sekaten berakhir dengan sedikit kekecewaan, dan banyak tawa.



Memang gila, sangat-sangat gila hingga tak wajar mengingat berapa umur kita sekarang. Melakukan hal-hal kekanakan dan memalukan. Tapi siapa yang menyangka kalau saat-saat seperti inilah yang nanti akan sangat kita rindukan. Saat dimana kita saling berjauhan satu sama lain. Dan hanya ada kenangan serta secuil cerita yang masih melekat di dalam kepala. Hingga kemudian kenangan-kenangan itulah yang akan kita bagikan ke anak cucu kita.

Mungkin mereka bukan orang-orang penting, bukan artis sinetron yang dikenal banyak orang. Mungkin beberapa tahun dari sekarang bukan orang yang sama yang akan melakukan hal-hal gila bersama saya. Tapi merekalah yang ada saat ini dan memberikan peluk hangatnya serta memberikan komentar-komentar konyol yang sebenarnya sangat kita perlukan. Merekalah sahabat.

Sahabat-sahabat saya memang gila, tapi mereka pernah membuat saya tertawa hingga menangis. Sahabatmu? 

4 komentar:

  1. Bagus nih, freeenndddss 4ever & something to remember ^_^

    BalasHapus
  2. :'(.....butuh tissuuu
    ini menyentuh sekali senja, jantungku berdetak hatiku berdebar bibirku terbungkam.
    Song : "Mungkinkah kita kan selalu bersama
    Walau terbentang jarak antara kita
    Biarkan ku peluk erat bayangmu
    Tuk melepaskan semua kerinduanku
    Kau ku sayang selalu ku jaga
    Takkan ku lepas selamanya"
    4 kata buat kalian "I LOVE YOU GUYS" terimakasih telah mewarnai hari-hari ku selama ini :) :*

    BalasHapus
  3. *kasih kanebo buat ngelap ingus Teye*

    BalasHapus